Solusi Bagi Kakak dan Adik yang Sering Bertengkar : Panduan Lengkap Untuk Ibu

Assalamualaikum bun,


Kakak adik di rumah sering bertengkar? 
Sebagai seorang ibu baru bingung bagaimana menghadapi nya karena pertengkaran rutin terjadi?
Apakah sudah adil dalam melerai pertengkaran mereka?

Yuk kita bahas !

Pertengkaran kakak adik atau sering disebut Sibling Rivalry merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam sebuah hubungan persaudaraan. Jika kita mundur ke belakang maka fenomena sibling rivalry sudah pernah  terjadi sejak zaman Nabi yang pertama yakni Nabi Adam As. Berawal dari rasa iri, persaingan Qabil dan Habil dalam memperebutkan saudara perempuannya menjadi peristiwa yang tak lekang oleh zaman. 

Sebagaimana orang tua terdahulu yang melalui masa - masa sibling rivalry maka orang tua era sekarang pun mengalami hal serupa dalam mendidik anak. Kesabaran extra orang tua sangat dibutuhkan untuk berhasil dalam menghadapi kasus ini.

Kenapa harus berhasil ? 
 
Hal ini dikarenakan anak peniru yang unggul. Mereka melihat apa yang orang tua lakukan. Ketika orang tua mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Maka secara tidak langsung orang tua sudah membekali anak ilmu problem solving yang nantinya berguna saat mereka dewasa.

Faktor-Faktor Pemicu Kakak Adik Bertengkar

Dilansir dari beberapa sumber, para psikolog membaginya ke dalam faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal

Faktor internal disebabkan oleh perkembangan anak sendiri semisal usia, sifat dan lain sebagainya. 

1. Usia

Pada dasarnya pertengkaran yang terjadi antara kakak dan adik dengan usia masih kecil sangat wajar terjadi. Perkembangan emosi anak yang masih labil menjadi salah satu penyebab pertengkaran terjadi.

Menurut dr. Audrey Susanto, M.Psi., MSc., Psikolog. kemampuan anak untuk meregulasi emosi tidak lepas dari kinerja otaknya. Penting bagi para ibu mempelajari cara kerja otak anak untuk membantu dalam meregulasi emosinya.

2. Sifat dan Kepribadian Anak

Selain faktor usia, faktor sifat dan kepribadian anak juga kadang bisa menjadi penyebab terjadinya pertengkaran. Sifat-sifat tersebut dapat di kelompokan ke dalam beberapa kategori :

a. Sanguin

Cenderung hangat dan ramah, supel, mudah tertawa dan terharu. Tetapi cenderung sembrono, sering bohong dan membual. Kurang tanggung jawab, kurang tekun, jika dimarahi mungkin menangis tapi cepat lupa.

b. Melankolis

Tekun, berbakat, perfeksionis, suka keindahan, setia, tanggung jawab terhadap keperluan pribadi nya, perasa, cenderung pemurung, sensitif, gampang tersinggung, mudah terluka dan mendendam, cenderung mengasihani diri sendiri.

c. Koleris

Berkemauan keras, pejuang untuk mendapatkan keinginannya, mandiri, percaya diri, suka menjadi pemimpin, aktif, produktif, keras kepala, dominan, agresif dan penentang.

d. Plegmatis

Tenang dan damai, pendiam, tidak rewel, penurut, easy going, cenderung malas karena santai dan lamban, pasif, egois, pelit dan mengambil sikap pembangkang pasif.

Pengelompokan di atas bukan lah hal mutlak demikian adanya. Sekedar memberikan informasi kepada para orang tua yang memperhatikan pertumbuhan anak-anak. Pengelompokan di atas terdapat sisi positif dan negatif dari masing-masing watak. Tugas kita sebagai orang tua untuk mengarahkan ke sisi positif serta mengelola sisi negatif nya agar tidak dominan.

3. Jarak Usia Kakak Adik

Riset mengatakan bahwa saudara kandung yang mempunyai jarak usia antara 18 bulan hingga 4 tahun memiliki peluang lebih besar untuk bersaing. Namun hal itu bisa berbeda-beda juga dalam sebuah keluarga, tidak bisa untuk dijadikan patokan. 

Berikut kekurangan dari usia anak yang berdekatan :

  • Orang tua tidak begitu memperhatikan fase pertumbuhan anak dikarenakan kadang menganggap mereka adalah satu kesatuan (karena jarak dekat) padahal setiap anak mempunyai pertumbungan dan perkembangan masing-masing dengan watak yang berbeda satu sama lain jadi pola asuh pun tidak bisa disama ratakan. 
  • Kedua orang tua dapat merasa kewalahan dan tersiksa dengan permintaan anak-anaknya yang berdekatan secara usia. 
  • Usia yang berdekatan akan sangat dipisah antara satu dengan yang lainnya. 

Sedangkan perbedaan umur yang mecolok kadang juga menyebabkan beberapa kelemahan antara lain :

  • Anak pertama kadang mempunyai kesulitan dalam mengubah sikap dirinya dari yang awal nya anak semata wayang sekarang menjadi memiliki saudara. 
  • Perbedaan dalam aturan antara kakak dan adik yang bisa menjadi trigger pertengkaran karena munculnya perasaan tidak adil di benak kakak atau adik. 
  • Perbedaan usia yang jauh membuat kakak dan adik jarang untuk bisa bermain bersama. Biasanya si kakak jatuhnya hanya akan menjaga atau menemani adik main karena permainan anak sesuai dengan usia dan perkembangan anak.

Lalu mana yang lebih baik?
Mendekatkan jarak kelahiran atau menjauhkan jarak kelahiran?

Keduanya mempunyai faktor kelemahan masing-masing. Untuk menentukan mana yang lebih baik, orang tua harus menyesuaikan dari faktor fisik, psikis orang tua serta finansial. Orang tua yang mempunyai fisik serta psikis yang sehat ditambah faktor keuangan yang memadai tentunya berbeda dengan yang mempunyai fisik lemah dan psikis yang gampang stress. 
 

Faktor Eksternal

Faktor Eksternal kadang bersumber dari sikap orang tua yang secara sadar atau tidak malah membuat terjadinya sibling rivalry.
Sebagaimana diterangkan dalam hadis berikut ini.

عَنْ النُّعْمَانِ قَالَ: سَأَلَتْ أُمِّي أَبِي بَعْضَ الْمَوْهِبَةِ فَوَهَبَهَا لِي، فَقَالَتْ: لاَ أَرْضَى حَتَّى أُشْهِدَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَأَخَذَ أَبِي بِيَدِي وَأَنَا غُلاَمٌ، فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ أُمَّ هَذَا ابْنَةَ رَوَاحَةَ طَلَبَتْ مِنِّي بَعْضَ الْمَوْهِبَةِ، وَقَدْ أَعْجَبَهَا أَنْ أُشْهِدَكَ عَلَى ذَلِكَ، قَالَ: يَا بَشِيرُ، أَلَكَ ابْنٌ غَيْرُ هَذَا؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَوَهَبْتَ لَهُ مِثْلَ مَا وَهَبْتَ لِهَذَا؟ قَالَ: لَا، قَالَ: فَلاَ تُشْهِدْنِي إِذًا، فَإِنِّي لاَ أَشْهَدُ عَلَى جَوْرٍ

Dari an-Nu’man (bin Basyir), beliau Radhiyallahu anhu berkata, “Ibu saya meminta hibah kepada ayah, lalu memberikannya kepada saya. Ibu berkata, ‘Saya tidak rela sampai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi saksi atas hibah ini.’ Maka ayah membawa saya –saat saya masih kecil- kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, ibunda anak ini, ‘Amrah binti Rawahah memintakan hibah untuk si anak dan ingin engkau menjadi saksi atas hibah.’ Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Wahai Basyir, apakah engkau punya anak selain dia?’ ‘Ya.’, jawab ayah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, ‘Engkau juga memberikan hibah yang sama kepada anak yang lain?’ Ayah menjawab tidak. Maka Rasûlullâh berkata, ‘Kalau begitu, jangan jadikan saya sebagai saksi, karena saya tidak bersaksi atas kezhaliman.’ “ [HR. al-Bukhâri no. 1623]

Dari hadis tersebut ternyata perlakuan sepele orang tua tentang pemberian hibah (hadiah) ternyata bisa menyebabkan pertengkaran antara kakak dan adik. Berikut faktor eksternal lainnya yang menyebabkan sibling rivalry :
  1. Orang tua membanding-bandingkan anak.
  2. Orang tua kurang menghargai hak dan privasi anak. 
  3. Orang tua tidak pernah melibatkan anak dalam mengambil keputusan.
  4. Orang tua tidak adil dalam memperhatikan perkembangan anak.

Faktor diatas hanyalah segelintir yang mungkin orang tua secara sadar atau tidak sadar dilakukan kepada anak. Namun faktor lingkungan rumah, pertemanan juga kadang menyebabkan sibling rivalry.

"FUN FACT
Lewat pertengkaran antar saudara sebenarnya anak sedang berlatih negosiasi (berunding). Mereka memperjuangkan keinginannya sembari menolerir kepentingan pihak lain. Mereka juga sedang belajar bagaimana menyelesaikan konflik dengan cara terbaik."

Cara Mengelola Pertengkaran Kakak dan Adik

Sibling Rivalry biasa juga disebut sibling conflict, seorang ayah dan ibu dituntut untuk memaklumi kenyataan bahwa konflik antar sesama saudara selalu terjadi tanpa melihat perbedaan suku ataupun bangsa. Yang kita perlukan hanyalah keterampilan mengelola sibling rivalry ini agar tidak berdampak negatif terhadap perkembangan buah hati kita. 

Berikut tiga macam peran orang tua yang biasa dilakukan saat pertengkaran terjadi. 

1. Peran Juri atau Hakim

Bila orang tua memposisikan dirinya sebagai juri atau hakim yang memutuskan siapa yang benar siapa yang salah maka anak-anak akan saling menyalahkan saudaranya. Anak-anak juga mulai melakukan pembelaan atas perbuatan yang dilakukan. Semua itu dilakukan anak agar mendapat pengakuan dari orang tua bahwa Dia merupakan anak yang baik sedangkan saudaranya anak jahat. Di cap anak baik membuatnya ingin mendapatkan perhatian lebih sebaliknya saudara yang dicap anak jahat akan mendapat hukuman. 

Orang tua tipe ini dapat dikenali dengan mudah. Ketika terjadi konflik maka orang tua yang berperan sebagak juri atau hakim akan mengatakan " kamu yang salah, seharusnya jangan berbuat seperti ini dan itu.....". Atau terkadang mereka juga berucap " Jadi Kakak harus mengalah pada adik, dan adik jangan cengeng masa gitu aja nangis....dst "

2. Peran Polisi Penjaga Keamanan

Orang tua yang berperan sebagai polisi akan selalu beranggapan bahwa semua hal yang menyebabkan keributan adalah salah. Dengan sebab apapun setiap ada pertikaian antara anak maka orang tua akan cepat melerainya. Anak akan menganggap semua perbedaan pendapat yang mengakibatkan perselisihan itu jelek. Diam dan tidak mencari-cari keributan adalah hal terbaik. 

Orang tua tipe ini ketika terjadi konflik maka akan buru-buru menyelesaikan dengan cepat dengan caranya yang menurutnya paling baik. Biasanya dia akan mengatakan "jangan bertengkar kalian saudara" atau "kalau berantem lagi mama ambil semua maenan nya".

3. Peran Mediator 

Peran mediator adalah peranan terbaik yang harus dilakukan orang tua saat terjadi sibling rivalry. Orang tua bertugas menjembatani perundingan damai antara kakak dan adik. Orang tua tipe ini ketika terjadi konflik maka dia akan bertanya kepada kedua belah pihak apa yang terjadi. Menjadi penengah yang adil tanpa melupakan tugas nya pula untuk memvalidasi perasaan anak bukan malah menghakimi atau merasa pendapat pribadi paling benar.

Orang tua tipe ini selalu mengatakan "kenapa, apa yang terjadi?" Atau "mari kita selesaikan bersama-sama." Anak akan belajar bahwa perbedaan pendapat itu tidak masalah. Dan semua hal bisa diselesaikan secara baik-baik.

Untuk menjadi mediator yang baik maka orang tua harus menerapkan hal-hal berikut :

  • Berperan sebagai penengah yang adil.
  • Fokuskan perhatian hanya kepada permasalahan yang mereka alami saat ini. Jangan mengungkit-ngungkit permasalahan di masa lampau.
  • Berdialog bersama untuk mencari solusi terbaik.
  • Bersikap aktif saat mendengar pengaduan anak agar mendapat gambaran penuh tentang permasalahan yang terjadi. 
  • Lakukan investigasi sederhana. Apakah konflik terjadi di waktu-waktu tertentu misal saat mau tidur atau mandi. Dari sini maka kita bisa berkesempatan untuk menghindari agar tidak terjadi pertengkaran.
  • Tingkah lucu atau bercanda kadang dapat mencairkan suasana saat proses perdamaian antara kakak dan adik
  • Memberikan pujian saat anak menemukan solusi terbaik atas permasalahan mereka
  • Hindari menjatuhkan vonis terhadap salah satu anak, jika harus menghukum pastikan hukuman itu sebagai konsekuensi logis terhadap kesalahan mereka.
  • Berikanlah kesempatan untuk anak agar mengekspresikan semua perasaan atau kemarahannya atas konfliknya. 
  • j. Memberi teladan kepada anak dan selalu berpikir positif bahwa konflik saudara bisa sebagai sarana pembelajaran negosiasi yang baik.

Manfaat dan Hikmah Adanya Sibling Rivalry

Ilmi dan Alsy
Sibling Rivalry
tidak selalu membawa dampak negatif,ada sisi positif juga yang dapat kita ambil salah satu nya :
  1. Anak belajar hidup bersama, saling mencintai dan berbagi dengan orang lain.
  2. Anak belajar merasakan indahnya kemenangan dan pedihnya kekalahan tanpa harus menyakiti orang lain.
  3. Anak belajar mengatasi perasaan kesal dan menyelesaikan masalah dengan baik tentunya lewat bimbingan orang tua
  4. Anak akan belajar bahwa saudara akan menjadi teman sepanjang masa. Perselisihan kecil tak akan membuat putusnya persaudaraan.
  5. Anak akan belajar meminta maaf dan memaafkan saudaranya dengan lapang dada.
  6. Perselisihan akan menunjang perkembangan otak anak terutama dalam hal mengontrol emosi. 
  7. Anak akan belajar bagaimana cara bersosialisasi dan berkompetensi dengan baik sebagai bekal hidup saat dewasa kelak.

Akhir kata, 
"Apabila seorang anak meninggal terputuslah semua amal shaleh kecuali tiga perkara;  sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan yang terakhir doa anak yang shaleh yang mendoakan kedua orang tua nya " 

Semoga kesabaran selalu tercurahkan kepada kita dalam mengasuh anak-anak karena sesungguhnya mereka lah investasi terbesar kita untuk menggapai akherat. 








Referensi : 

https://almanhaj.or.id/4153-berlaku-adil-kepada-anak.html

Harits, ummu. 2008. Mengelola Persaingan Kakak Adik. Surakarta : Afra Publising.















Komentar

Postingan Populer